Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) merekomendasikan skenario kebun energi
yang diharapkan mampu menjamin ketersediaan bahan bakar nabati (biofuel) untuk
memenuhi kebutuhan energi masyarakat.
Kebun energi ini misalnya perkebunan sawit yang dikhususkan untuk bahan baku biodiesel, tidak boleh untuk keperluan lainnya seperti komoditas ekspor, ide ini tentu sangat baik mengingat produksi biodiesel saat ini hanya sekitar 10 persen saja dari kapasitas terpasang pabrik biodiesel yang mencapai sekitar 4 juta kiloliter per tahun karena pengusaha CPO (minyak sawit mentah) lebih senang mengekspornya ke pasar internasional terkait harganya yang sedang bagus Rp8.500 per liter.
Kondisi yang lebih parah, ternyata juga dialami oleh bioethanol yang
hanya diproduksi 1 persen dari kapasitas produksinya yang sekitar 300 ribu
kiloliter per tahun, berhubung bahan bakunya berupa singkong, tebu dan
sejenisnya lebih digunakan sebagai bahan pangan. Padahal Menurut Kepala
Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT Dr Adiarso, wilayah Indonesia
sebenarnya sangat luas dan potensial dikembangkan menjadi area industri
biodiesel yang berkelanjutan dan terintegrasi dari industri hulu sampai ke
hilir. Hingga harapan baru muncul dari ide kebun energy.Kebun energi ini misalnya perkebunan sawit yang dikhususkan untuk bahan baku biodiesel, tidak boleh untuk keperluan lainnya seperti komoditas ekspor, ide ini tentu sangat baik mengingat produksi biodiesel saat ini hanya sekitar 10 persen saja dari kapasitas terpasang pabrik biodiesel yang mencapai sekitar 4 juta kiloliter per tahun karena pengusaha CPO (minyak sawit mentah) lebih senang mengekspornya ke pasar internasional terkait harganya yang sedang bagus Rp8.500 per liter.
Melalui kebun energi, harapannya bisa dikembangkan pula beberapa jenis tanaman lainnya untuk produksi bioethanol seperti singkong, tebu sorgum dan lainnya, tergantung dari kecocokan lahan. Pada prinsipnya, perkebunan energi ini merupakan sebuah entitas bisnis perkebunan milik pemerintah yang nantinya menjalankan usaha khusus dalam penyediaan energi bagi masyarakat. Bila konsep ini berhasil, urainya, sangat dimungkinkan pasokan biofuel akan stabil termasuk harganya yang bisa menjadi cukup murah di bawah harga solar bersubsidi Rp4.500 per liter.
Brazil adalah contoh negara yang berhasil mengembangkan kebun energy dengan memanfaatkan bioethanol dari tanaman tebu. Semoga Indonesia kelak juga bisa bahkan lebih baik.
go green indonesia yg mulai gersang n gundul
BalasHapus